Disuatu
sore menjelang malam, ditemani hangatnya kopi hitam bersama salah satu rekan
terbaik dalam bercerita. Sebuah diskusi sederhana bersama seorang pendaki
gunung yang sudah hampir 20 tahun lamanya menjadi bagian dari penikmat dan
penyayang alam. Berdasarkan pengalaman dia yang jauh diatas rata – rata, dengan
status bukan dari komunitas pecinta alam atau outdoor activity. Dia bercerita
tentang kondisi gunung saat ini, 5 hinggga 10 tahun kebelakang pendakian gunung
masih cukup jarang bahkan masih dibilang sepi, bahkan di beberapa gunung belum
ada basecamp resmi. Sekedar rumah warga atau rumah kepala desa yang dijadikan
basecamp untuk tempat istirahat atau bersinggah.
Di
era sekarang ini pendakian gunung bisa dibilang sangat ramai, hampir setiap weekend
gunung – gunung di Indonesia ramai didaki, efek nyata dari kondisi tersebut
kemungkinan rusaknya beberapa bagian ekosistem dan keasrian dari gunung
tersebut. Lupakan sejenak untuk saling menyalahkan karena semuanya tanggung
jawab kita bersama, untuk menjaga dan saling mengingatkan.
Beruntunglah
untuk beberapa gunung di Indonesia yang terletak di kawasan taman nasional,
karena biasanya diawal tahun ada sedikit jeda untuk mereka beristirahat.
Rentang awal januari hingga april biasanya gunung – gunung yang berada
dikawasan taman nasional akan ditutup untuk pendakian, gunung – gunung tersebut
diberi waktu untuk pemulihan ekosistem. Namun apa kabar gunung yang lain?
Gunung – gunung yang masih bebas didaki kapan pun, mereka pun sama butuh
sedikit waktu untuk beristirahat.
Anggaplah
gunung - gunung ini sebagai rumah, flora dan fauna di dalamnya adalah penghuni
rumahnya. Sedangkan kita manusia – manusia yang mendaki gunung adalah tamunya.
Bayangkan suatu rumah yang tiap waktu rutin dikunjungi tamu, apa kabar mereka
para penghuninya? Sampai kapan teman – teman fauna kita harus bersembunyi atau
merasa risih karena dirumah atau halamannya ramai dengan tamu, mereka butuh
sedikit kebebasan untuk bermain dirumahnya sendiri. Sedangkan untuk teman –
teman flora kita, mereka juga butuh sedikit kebebasan untuk tumbuh dan
berkembang tanpa ada campur tangan dari para tamu. Bukankah kita sebagai
manusia seutuhnya pun kadang risih ketika ada tamu yang terlalu lama mampir
dirumah kita? Syukur lah ketika mereka sopan dan menghargai kita, bayangkan
ketika mereka mengganggu bahkan mengusik, bukankah kita ingin dihargai juga.
Mari
sesekali tempatkan diri kita di posisi mereka, sekalipun mereka bukan manusia
tapi mereka adalah mahluk hidup. Mereka butuh ruang untuk bergerak bebas, untuk
menikmati bebasnya sebuah kehidupan. Bukan mereka yang harus dibatasi ruang
geraknya, tapi kita yang butuh sedikit kesadaran untuk mengerti dan paham dengan
kondisi mereka. Bukankah kita mahluk hidup yang diciptakan paling sempurna
dengan akal dan pikirannya? Mari buktikan itu. Mendaki gunung bukanlah kesalahan,
tapi tetap menjaga dan menghargai gunung beserta isinya adalah kebijakan. Karena
sejatinya semua mahluk hidup pun yang mati, butuh sedikit ruang untuk berhenti
sejenak dari rutinitas yang itu – itu saja, untuk menikmati sedikitnya
kebebasan diantara rutinitas, yang kita sebut istirahat.