Rabu, 28 Februari 2018

Nilai yang lebih dari sebuah harga (Paralayang di Batu)

Juni 2015 beberapa hari setelah melakukan pendakian Gunung Semeru di Malang, sedikit terpikir untuk mencoba hal baru yang mungkin bisa saja sekali di hidup saya. Beres pendakian saya ambil istirahat satu hari di kota Malang, lalu besoknya saya berkunjung ke daerah Batu, ada kemiripan dengan Lembang kalau di Bandung terutama tentang suhu dan cuacanya. Jauh – jauh hari sebelum ke Malang  / Semeru emang udah diniatin untuk extend setelah pendakian, rasa penasaran untuk mencari dan mencoba hal baru muncul. Setelah cari – cari dan korek – korek informasi... diputuskanlah untuk nyoba paralayang. Kenapa paralayang dan kenapa di Batu? Bukan di puncak yang lebih deket dari Bandung, simpel aja mumpung disana jadi sekalian aja.


Lokasi paralayang ini sendiri di Gunung Banyak dengan ketinggian sekitar 1300mdpl, akses jalan yang lumayan bagus hanya sedikit beberapa bagian yang kurang bagus saat mendekati lokasi (sekitar 3 tahun lalu, mungkin sekarang udah mulus jalannya). Harga untuk satu kali paralayang ini berkisar 350 – 600 tergantung paket yang kita pilih, waktu itu milih paket yang 350.000 dengan durasi kurang lebih 10 menit, itu sudah yang paling murah dan masih banyak yang mempertanyakan..
”kok mahal?”......... kalau murah langit di Batu isinya bukan burung, tapi parasut.
“aman ga?”........... kalau ga aman kayanya tulisan ini juga ga akan muncul.
“kok bentar?”........ bentar aja udah dibilang mahal, gimana yang lama hhehe.
“buang – buang duit, sayang”........... pacarin atau ga nikahin duitnya kalau sayang hahaha.
“kurang kerjaan bro”........... ini udah kelebihan kerjaan makanya nyoba yang baru.

Jadi gini... menurut saya apa pun jenisnya extreme sport atau adventure wajar ketika harganya (terkesan) mahal, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi, pertama yang paling vital adalah resiko dari kegiatannya. Lalu yang kedua soal perlengkapannya, breakdown atau cari tau tentang satu set perlengkapan paralayang (extreme sport yang lain) berapa total nominal yang dibutuhkan sehingga masuk ke harga sewa untuk paket trip. Serta guide atau tandem, mereka harus dibayar bukan sukarelawan.. mereka bekerja dan mencari nafkah dari situ mungkin, dan faktor lainnya yang memperngaruhi harga.
Mengenai faktor keselamatan, saya yakin mereka terlatih dan mendapat ijin resmi untuk menjadikan paralayang sebagai bagian dari wisata di Batu (ini asumsi karena ga punya datanya).  Apa yang kita dapet dari paralayang? Selain pengalaman, minimal bersyukur. 10 menit yang sebentar tapi berarti, rasanya terbang.. pertama kalinya dan entah kapan lagi bisa ada di posisi burung, terbang ga bebas aja udah bahagia.. apalagi burung yang terbangnya bebas, dan banyak hal lainnya yang nikmati yang sulit dijelaskan.
Dan soal pandangan orang, memang kadang extreme sport terkesan buang – buang uang, durasi sebentar tapi biayanya lumayan mahal. Masalah terbesarnya, mereka yang menikmati itu bukan membeli tripnya tapi mereka beli pengalamannya. Karena untuk urusan hobi apalagi yang sudah sangat dicintai, nominal atau harga bukan takaran yang pas untuk menilai. Tak semua yang menikmatinya punya uang banyak, tapi mereka berjuang untuk dapat pengalamannya. Kata salah satu panglima fans club sebak bola di Indonesia “ ketika dukungan kita menghitung untung dan rugi, maka semua tak lagi murni”.. dukungan untuk hobi, hati, kreasi.. dan sebagainya. 
Salam.. Enjoykeun





Rope Jumping jembatan (lama) Rajamandala (Uliners)


Apa itu rope jump? Secara sederhana aktivitas yang bisa dikategorikan extreme sport dengan cara melompat atau loncat dari ketinggian dengan bantuan tali dan perlengkapan penunjang keselamatan, bisa dilakukan di jembatan, di tebing, di gedung dan lainnya yang sekiranya dirasa bisa dijadikan tambatan untuk melakukan aktivitas ini.
Oiya, Rajamandala itu bukan nama kegiatan.. itu nama daerah, kurang lebih sekitar 40km dari kota Bandung. Lokasi persisnya setelah melewati Padalarang – Citatah – Cipatat – Rajamandala, saat di Rajamandala ketemu jalur bercabang, yang kanan arah Cianjur, maka jalur kiri menuju jembatan lama Rajamandala. Sekian intro yang semoga sedikit membantu ini.
Kenapa harus ropejump? Kenapa nyoba ropejump? Apa asiknya ropejump? Aman ga? Kalau talinya putus gimana? Kalau tiba – tiba airnya meluap gimana? Kalau takut gimana? Kalau pipis di celana gimana? Dan pertanyaan – pertanyaan lainnya , Jawabannya satu.. cobain hehehe. Ada beberapa pertanyaan yang susah dijelaskan secara logika saat itu menyangkut hobi, kadang bisa jadi wajar menurut kita, ga masuk akal untuk yang lain.



Pertama kali nyoba ropejump di bulan puasa tahun 2015, dari awal iseng penasaran nyari kegiatan apa yang menarik dan menantang. Akhirnya dipertemukan dengan salah satu komunitas yang dikenal Uliners. Apa pengalaman menarik dari ropejump? Saat anda datang tepat di depan jembatan, anda akan menjadi orang yang sangat percaya diri, seolah – olah menjadi manusia dengan nyali yang luar biasa (mirip Ibrahimovic mau nendang penalti lah kurang lebih). Bahkan sudah membayangkan dan merencanakan mau gaya apa nih saat loncat nanti.
Saat safety equipment dipasangkan, anda akan merasa gagah dan keren (biasanya begitu). Saat tali dipasangkan ke badan, lalu kita mulai melangkahi pembatas jembatan dan berdiri tepat dipinggir jembatan untuk loncat. Kemungkinan rasanya.... campur aduk, ada beberapa yang milih berdoa, ngobrol biar (dikira) enjoy, mau mundur tapi malu, ada yang minta cepetan biar segara loncat, bahkan ada yang batal loncat. Walaupun pada akhirnya loncat karena bernyali atau terpaksa tanggung diujung tanduk.. ada kenikmatan yang berbeda dari sensasi yang kita dapet.


Dari ropejump menurut saya bisa belajar banyak, paling dasar tentang kepercayaan diri.. percaya diri harus, tapi berlebihan kan kurang baik, takutnya malah sedikit memalukan malah hehe. Kedua tentang diri kita dan rasa takut, takut bukan untuk dilawan, bukan juga untuk dihindari. Berdamai dengan rasa takut, lalu menikmatinya. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki rasa takut, dan sebagian dari mereka memilih menikmatinya.

Itu pengalaman pertama dan sekali seumur hidup? Tidak, syukurlah saya dapat kesempatan untuk beberapa kali nyoba ropejump. Rasanya? Cocok untuk diamalkan pada konsep mencintai.. karena rasanya selalu sama bahkan lebih.
Enjoykeun....