Juni
2015 beberapa hari setelah melakukan pendakian Gunung Semeru di Malang, sedikit
terpikir untuk mencoba hal baru yang mungkin bisa saja sekali di hidup saya.
Beres pendakian saya ambil istirahat satu hari di kota Malang, lalu besoknya
saya berkunjung ke daerah Batu, ada kemiripan dengan Lembang kalau di Bandung
terutama tentang suhu dan cuacanya. Jauh – jauh hari sebelum ke Malang / Semeru emang udah diniatin untuk extend
setelah pendakian, rasa penasaran untuk mencari dan mencoba hal baru muncul.
Setelah cari – cari dan korek – korek informasi... diputuskanlah untuk nyoba
paralayang. Kenapa paralayang dan kenapa di Batu? Bukan di puncak yang lebih
deket dari Bandung, simpel aja mumpung disana jadi sekalian aja.
Lokasi
paralayang ini sendiri di Gunung Banyak dengan ketinggian sekitar 1300mdpl,
akses jalan yang lumayan bagus hanya sedikit beberapa bagian yang kurang bagus
saat mendekati lokasi (sekitar 3 tahun lalu, mungkin sekarang udah mulus jalannya).
Harga untuk satu kali paralayang ini berkisar 350 – 600 tergantung paket yang
kita pilih, waktu itu milih paket yang 350.000 dengan durasi kurang lebih 10
menit, itu sudah yang paling murah dan masih banyak yang mempertanyakan..
”kok mahal?”.........
kalau murah langit di Batu isinya bukan burung, tapi parasut.
“aman ga?”...........
kalau ga aman kayanya tulisan ini juga ga akan muncul.
“kok bentar?”........
bentar aja udah dibilang mahal, gimana yang lama hhehe.
“buang – buang duit,
sayang”........... pacarin atau ga nikahin duitnya kalau sayang hahaha.
“kurang kerjaan
bro”........... ini udah kelebihan kerjaan makanya nyoba yang baru.
Jadi
gini... menurut saya apa pun jenisnya extreme sport atau adventure wajar ketika
harganya (terkesan) mahal, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi,
pertama yang paling vital adalah resiko dari kegiatannya. Lalu yang kedua soal
perlengkapannya, breakdown atau cari tau tentang satu set perlengkapan
paralayang (extreme sport yang lain) berapa total nominal yang dibutuhkan
sehingga masuk ke harga sewa untuk paket trip. Serta guide atau tandem, mereka
harus dibayar bukan sukarelawan.. mereka bekerja dan mencari nafkah dari situ
mungkin, dan faktor lainnya yang memperngaruhi harga.
Mengenai
faktor keselamatan, saya yakin mereka terlatih dan mendapat ijin resmi untuk
menjadikan paralayang sebagai bagian dari wisata di Batu (ini asumsi karena ga
punya datanya). Apa yang kita dapet dari
paralayang? Selain pengalaman, minimal bersyukur. 10 menit yang sebentar tapi
berarti, rasanya terbang.. pertama kalinya dan entah kapan lagi bisa ada di
posisi burung, terbang ga bebas aja udah bahagia.. apalagi burung yang
terbangnya bebas, dan banyak hal lainnya yang nikmati yang sulit dijelaskan.
Dan
soal pandangan orang, memang kadang extreme sport terkesan buang – buang uang,
durasi sebentar tapi biayanya lumayan mahal. Masalah terbesarnya, mereka yang
menikmati itu bukan membeli tripnya tapi mereka beli pengalamannya. Karena
untuk urusan hobi apalagi yang sudah sangat dicintai, nominal atau harga bukan
takaran yang pas untuk menilai. Tak semua yang menikmatinya punya uang banyak,
tapi mereka berjuang untuk dapat pengalamannya. Kata salah satu panglima fans
club sebak bola di Indonesia “ ketika dukungan kita menghitung untung dan rugi,
maka semua tak lagi murni”.. dukungan untuk hobi, hati, kreasi.. dan
sebagainya.
Salam.. Enjoykeun


0 komentar:
Posting Komentar