Senin, 12 Oktober 2020

Pendakian Gunung Sumbing, tanpa drama (part 1)

 

Gerimis hujan membasahi kota Bandung malam itu. Senin, 11 September 2017 sekitar jam 7 malam di sebuah coffee shop bersama segelas americano saya tunggu kehadiran tiga rekan yang akan menemani pendakian gunung. Ya, beberapa minggu lalu terpikirkan untuk mendaki Gunung Sumbing, setelah oktober setahun sebelumnya mendaki Gunung Sindoro dan sepanjang jalur dihadapkan dengan megahnya Gunung Sumbing.

Samsul menjadi orang yang pertama datang menghampiri saya, seorang mahasiswa yang terlalu sibuk ikut campur urusan nongkrong bersama kami yang sudah berbeda secara prioritasnya. Tak lama berselang Reza datang, salah satu rekan yang hampir selalu menemani pendakian gunung saya.

Canda menjadi penghias malam, tentunya menjadikan Samsul sebagai objek penderita adalah kenikmatan hahaha. Berbagi beberapa cerita, tentang Gunung Sumbing yang saya dapatkan dari menelusuri blog orang lain dan dari cerita beberapa orang yang saya tanyakan.

Menjelang jam 8 malam Widi pun tiba, orang terakhir yang akan bergabung dalam pendakian kali ini. briefing sederhana kami lakukan, beberapa pertimbangan kami diskusikan. Tentang jalur yang akan dilewati, transportasi yang digunakan, termasuk tentang perlengkapan pribadi maupun tim yang akan dibagi. Oiya, tak lupa yang tak kalah penting adalah urusan budget yang disepakati hahaha.

Tak terlalu lama urusan briefing diselesaikan, karena yang penting alur dan topik inti yang harus sama-sama dipahami dan dimengerti. Bukankah mendaki gunung butuh bekal wawasan dan pengetahuan juga ? Terlebih bagi Samsul dan Widi mungkin ini kali pertama mereka mendaki gunung dengan ketinggian lebih dari 3.000 mdpl. Jadi ada beberpa hal yang harus dimengerti, entah tentang persiapan sebelumnya, pelaksanaanya, maupun setelahnya.

Kami sepakat untuk mendaki Gunung Sumbing via Garung (Wonosobo), berangkat menggunakan bus Budiman dari terminal Cicaheum hari jumat 15 september nanti. Dari perhitungan kami bus akan berangkat jam 5 sore, dan akan sampai di Wonosobo mungkin sebelum subuh.

Pembagian porsi dan peran sudah dibagi, termasuk perlengkapan tim yang harus dipenuhi. Menutup pertemuan malam itu dengan canda dan tawa yang saling melempari. Sebelum kami tinggalkan coffee shop itu saya titipkan, “pendakian gunung ini gue ga mau ada drama!”

 

Bersambung,

Pendakian Gunung Sumbing, tanpa drama (part 2)


0 komentar:

Posting Komentar