Gerimis hujan membasahi kota
Bandung malam itu. Senin, 11 September 2017 sekitar jam 7 malam di sebuah coffee
shop bersama segelas americano saya tunggu kehadiran tiga rekan yang akan
menemani pendakian gunung. Ya, beberapa minggu lalu terpikirkan untuk mendaki Gunung
Sumbing, setelah oktober setahun sebelumnya mendaki Gunung Sindoro dan
sepanjang jalur dihadapkan dengan megahnya Gunung Sumbing.
Samsul menjadi orang yang pertama
datang menghampiri saya, seorang mahasiswa yang terlalu sibuk ikut campur
urusan nongkrong bersama kami yang sudah berbeda secara prioritasnya. Tak lama
berselang Reza datang, salah satu rekan yang hampir selalu menemani pendakian
gunung saya.
Canda menjadi penghias malam, tentunya
menjadikan Samsul sebagai objek penderita adalah kenikmatan hahaha. Berbagi
beberapa cerita, tentang Gunung Sumbing yang saya dapatkan dari menelusuri blog
orang lain dan dari cerita beberapa orang yang saya tanyakan.
Menjelang jam 8 malam Widi pun
tiba, orang terakhir yang akan bergabung dalam pendakian kali ini. briefing
sederhana kami lakukan, beberapa pertimbangan kami diskusikan. Tentang jalur yang
akan dilewati, transportasi yang digunakan, termasuk tentang perlengkapan
pribadi maupun tim yang akan dibagi. Oiya, tak lupa yang tak kalah penting
adalah urusan budget yang disepakati hahaha.
Tak terlalu lama urusan briefing
diselesaikan, karena yang penting alur dan topik inti yang harus sama-sama dipahami
dan dimengerti. Bukankah mendaki gunung butuh bekal wawasan dan pengetahuan juga
? Terlebih bagi Samsul dan Widi mungkin ini kali pertama mereka mendaki gunung
dengan ketinggian lebih dari 3.000 mdpl. Jadi ada beberpa hal yang harus
dimengerti, entah tentang persiapan sebelumnya, pelaksanaanya, maupun
setelahnya.
Kami sepakat untuk mendaki Gunung
Sumbing via Garung (Wonosobo), berangkat menggunakan bus Budiman dari terminal
Cicaheum hari jumat 15 september nanti. Dari perhitungan kami bus akan berangkat
jam 5 sore, dan akan sampai di Wonosobo mungkin sebelum subuh.
Pembagian porsi dan peran sudah
dibagi, termasuk perlengkapan tim yang harus dipenuhi. Menutup pertemuan malam
itu dengan canda dan tawa yang saling melempari. Sebelum kami tinggalkan coffee
shop itu saya titipkan, “pendakian gunung ini gue ga mau ada drama!”
Bersambung,
Pendakian Gunung Sumbing, tanpa drama (part 2)

0 komentar:
Posting Komentar