Senin, 19 Oktober 2020

Open trip pendakian gunung, dua sisi di tengah tren mendaki yang meningkat.

Pendakian gunung hari ini memang cukup ramai dan digemari banyak kalangan, cukup berbeda pula ketika kita bandingkan dengan 10 tahun yang lalu atau sebelum 2010. Setidaknya belakangan atau sebelum pandemi ini gunung sangat ramai dikunjungi, apalagi ketika akhir pekan, long weekend, dan saat musim liburan terlebih tahun baru.

Seiring berkembangnya tren mendaki gunung, berkembang pula sisi-sisi lain yang ikut berkembang di dalamnya. Salah satu yang cukup mencolok adanya open trip ke gunung, hal ini mungkin bukan hal yang seutuhnya baru. Bicara dulu pun mungkin sudah ada, dengan kemasan yang lebih sederhana. Misal beberapa orang berpatungan untuk minta diurus atau diakomodir segala urusan teknis untuk mendaki. Termasuk menyediakan pemandu dan porter untuk membantu melengkapi proses pendakiannya.

Dua sisi

Open trip mendaki gunung menyajikan dua sisi pandangan, tentang positif dan negatif bagi pendakinya maupun tentang baik dan buruknya bagi gunung itu sendiri. Ada yang berpendapat, bahwa open trip ke gunung sama saja dengan memfasilitasi pendakian gunung secara masal. Memberikan kemungkinan bahwa sampah yang tersisa akan menjadi lebih banyak. Belum lagi beberapa open trip yang terkadang kurang peduli terhadap gunungnya sendiri, lebih mementingkan pendapatan dan perputaran bisnis di dalamnya.

Ada pula open trip yang kurang peduli terhadap pesertanya, baik dari keselamatan maupun kenyamanannya. Ada open trip yang berani melepaskan pesertanya untuk summit tanpa didampingi, padahal bisa saja dirombongannya tersebut ada yang baru pertama kali mendaki. Ada pula yang cukup acuh tentang urusan kesehatan dan perut pesertanya, serta beberapa kabar lain yang kurang menyenangkan untuk didengar tentang open trip mendaki gunung.

Tapi di sisi lain open trip mendaki gunung menawarkan hal yang cukup positif, ada beberapa orang yang ingin memulai untuk mencoba mendaki dan tidak ada rekan untuk menemani. Open trip bisa jadi salah satu ruang yang cukup ideal, untuk menjadi solusi bagi mereka yang ingin mencoba.

Dalam contoh lain ada beberapa gunung yang mungkin cukup sulit untuk dijangkau, baik secara akses maupun budget. Dan open trip di posisi itu bisa menjadi solusi juga, untuk menjadi pilihan menuju beberapa gunung. Dan yang mungkin saja terjadi, ada beberapa orang yang sudah biasa mendaki gunung dan ingin mencoba suasana atau kemasan lain. Mendaki gunung dengan orang -orang yang tidak dikenal, difasilitasi dan diakomodir, serta hal-hal lain yang menjadi daya tawar menarik dari open trip itu sendiri.

Beberapa orang setuju dengan adanya open trip ke gunung, dan mungkin ada pula yang kurang atau tidak setuju atas itu. Namun faktanya hari ini, open tripnya ada dan pihak pengelola basecampnya mengizinkan. Tinggal bagaimana kita saling menyikapi fenomena yang terjadi di dalamnya, bagi yang tertarik mendaki gunung dengan ikut open trip pandai-pandailah memilih penyelenggara tripnya.

Dan satu hal yang disadari, open trip pendakian gunung sebenarnya bisa menjadi pintu yang dapat dimaksimalkan. Untuk mengenalkan dan menjadi media untuk mengedukasi ragam hal yang berhubungan dengan mendaki gunung, baik itu teknis maupun non teknisnya. Menjadi wadah untuk menunjukan kepedulian terhadap gunungnya maupun pada aktifitas mendakinya

Tertarik atau tidaknya ikut open trip pendakian gunung adalah pilihan, seperti halnya kemasan yang dipilih orang-orang untuk mendaki gunung. Karena yang lebih penting dari itu adalah keselamatan pribadinya, dan tentunya meminimalisir kerusakan gunung itu sendiri.


(tips memilih open trip pendakian gunung)

 

 


0 komentar:

Posting Komentar