Sekitar jam 3 pagi kami tiba di terminal Wonosobo, perjalanan yang lumayan panjang ditambah sedikit bumbu drama. Jam 11 malam sebenarnya bis sempat berhenti untuk beristirahat di Ciamis dan makan malam. Tapi pagi ini urusan perut nampaknya belum tuntas, kami pun memilih untuk beristirahat di salah satu warung di dalam terminal. Sambil menikmati sarapan yang sejujurnya kepagian, dan menunggu subuh serta angkutan yang akan membawa kami ke basecamp garung, Gunung Sumbing.
Urusan perut selesai, subuh sudah
dilaksanakan, segala perlengkapan logistik sudah kami penuhi. Jam 5 lebih kami
mulai menaiki bis kecil dari terminal ini menuju basecamp. Udara masih sangat
dingin, pemandangan sepanjang jalan cukup indah khas suasana daerah kaki
gunung. Jalan yang kami lewati adalah jalan yang sama untuk menuju basecamp
kledung (Gunung Sindoro).
Sekitar 20 menit kami lewati
jalanan bersama bis kecil itu, akhirnya kami tiba di pinggir jalan. Untuk
menuju basecamp setidaknya kami masih harus berjalan kaki beberapa ratus meter.
Tak lupa kami mampir di sebuah warung nasi, untuk menyiapkan bekal makan siang
kami setibanya di area camp nanti.
Di basecamp garung kami
selesaikan urusan simaksi dan registrasi, Samsul yang paling muda kami
percayakan untuk mengurusnya. Selain untuk belajar, di sisi lain untuk
pengalaman dia, dan yang lebih penting biar dia lebih berguna bagi kehidupan
kami HAHAHAHA.
Kami melanjutkan persiapan dengan
mengecek perlengkapan dan packing ulang carrier masing-masing, memastikan barang
yang dibawa dan segala keperluan sebelum memulai pendakian. Terutama urusan
setor tunai, perut kami setiap pagi seolah sudah memberi jadwal agar
dituntaskan. Perjalanan hingga kami tiba di basecamp sebenarnya seperti
perjalanan mereka pada umumnya. Ada sedikit drama, dibalut canda, ada saling
ejek dan sindiran, termasuk saling tertawa dan menertawakan.
Dari basecamp menuju pos 1 kami
memilih menggunakan ojek, dengan pertimbangan memangkas waktu dan memberdayakan
ojek setempat, setidaknya dengan itu kami mencoba untuk ikut serta menghidupkan
ekonomi masyarakat kaki Gunung Sumbing. Sebuah dalih di balik maksud menghemat
tenaga dan rasa malas, hahaha.
Memulai pendakain dengan berdoa
dipimpin oleh tuan muda Samsul, pertanda kami akan melangkah memulai pendakian
ini. Sesaat sebelum kami menaiki ojek-ojek yang siap mengantarkan kami ke pos
1, Reza menitipkan sebuah pesan, “tawa yang kita nikmati sampai sekarang, harus
dijaga hingga tiba di puncak, sampai pulang ke basecamp, dan saat nanti kembali
ke rumah!”
Teman-teman yang sudah pernah
menggunakan ojek dari basecamp garung ke pos 1 pasti tau, bahwa posisi kita
saat naik ojeknya adalah duduk di depan, sedangkan carrier kita akan di simpan
di belakang di gendong bapak ojeknya. Dengan motor khas yang sebenarnya bukan pasangannya
untuk di pakai ke gunung, motor melewati jalur menanjak dan berbatu, dan di beberapa
titik jantung kita serasa lebih hidup di pacu adrenalin. Semakin atas jalan pun
semakin menyempit, jalan bebatuan mulai berganti menjadi tanah, tanjakan terakhir
membawa kami ke suatu lokasi, tempat dengan pondokan dan warung, menandakan
kami sudah tiba di pos 1.
Jam setengah 9 pagi kami mulai
menapakkan kaki untuk menelusuri jalur setapak, harapannya tak terlalu sore
untuk kami tiba di pos 4. Rencananya di pos
4 lah kami akan mendirikan tenda dan bermalam di sana.
Jalur pendakian Gunung Sumbing
via Garung adalah jalur yang sudah cukup terkenal dikalangan pendaki, selain
secara akses dari jalan raya yang tidak terlalu jauh, jalur ini pun cukup jelas
untuk mengarahkan kita ke puncak gunung.
Setengah jam berjalan Samsul
mulai berulah, dia merasa kepanasan karena celana panjang yang digunakan
bahannya mungkin kurang sesuai untuk dipakai mendaki. Terlebih matahari saat
itu sangat bersahabat, menjadikan jalur pendakian cukup berdebu dan lebih
menguras fisik dan memudahkan kita untuk merasa kehausan.
Samsul memilih untuk mengganti
celananya dengan celana pendek, dengan harapan sirkulasi udara akan lebih
membuatnya nyaman. Beberapa kali langkah kakinya tertinggal oleh kami bertiga,
hingga di istirahat berikutnya dia memilih untuk berjalan duluan dari kami dan
mengikuti rombongan lain. Dengan harapan akan mendapatkan waktu lebih lama
untuk beristirahat di pos selanjutnya.
Sekitar jam 3 pagi kami tiba di
terminal Wonosobo, perjalanan yang lumayan panjang ditambah sedikit bumbu
drama. Jam 11 malam sebenarnya bis sempat berhenti untuk beristirahat di Ciamis
dan makan malam. Tapi pagi ini urusan perut nampaknya belum tuntas, kami pun
memilih untuk beristirahat di salah satu warung di dalam terminal. Sambil
menikmati sarapan yang sejujurnya kepagian, dan menunggu subuh serta angkutan
yang akan membawa kami ke basecamp garung, Gunung Sumbing.
Urusan perut selesai, subuh sudah
dilaksanakan, segala perlengkapan logistik sudah kami penuhi. Jam 5 lebih kami
mulai menaiki bis kecil dari terminal ini menuju basecamp. Udara masih sangat
dingin, pemandangan sepanjang jalan cukup indah khas suasana daerah kaki
gunung. Jalan yang kami lewati adalah jalan yang sama untuk menuju basecamp
kledung (Gunung Sindoro).
Sekitar 20 menit kami lewati
jalanan bersama bis kecil itu, akhirnya kami tiba di pinggir jalan. Untuk
menuju basecamp setidaknya kami masih harus berjalan kaki beberapa ratus meter.
Tak lupa kami mampir di sebuah warung nasi, untuk menyiapkan bekal makan siang
kami setibanya di area camp nanti.
Di basecamp garung kami
selesaikan urusan simaksi dan registrasi, Samsul yang paling muda kami
percayakan untuk mengurusnya. Selain untuk belajar, di sisi lain untuk
pengalaman dia, dan yang lebih penting biar dia lebih berguna bagi kehidupan
kami HAHAHAHA.
Kami melanjutkan persiapan dengan
mengecek perlengkapan dan packing ulang carrier masing-masing, memastikan barang
yang dibawa dan segala keperluan sebelum memulai pendakian. Terutama urusan
setor tunai, perut kami setiap pagi seolah sudah memberi jadwal agar
dituntaskan. Perjalanan hingga kami tiba di basecamp sebenarnya seperti
perjalanan mereka pada umumnya. Ada sedikit drama, dibalut canda, ada saling
ejek dan sindiran, termasuk saling tertawa dan menertawakan.
Dari basecamp menuju pos 1 kami
memilih menggunakan ojek, dengan pertimbangan memangkas waktu dan memberdayakan
ojek setempat, setidaknya dengan itu kami mencoba untuk ikut serta menghidupkan
ekonomi masyarakat kaki Gunung Sumbing. Sebuah dalih di balik maksud menghemat
tenaga dan rasa malas, hahaha.
Memulai pendakain dengan berdoa
dipimpin oleh tuan muda Samsul, pertanda kami akan melangkah memulai pendakian
ini. Sesaat sebelum kami menaiki ojek-ojek yang siap mengantarkan kami ke pos
1, Reza menitipkan sebuah pesan, “tawa yang kita nikmati sampai sekarang, harus
dijaga hingga tiba di puncak, sampai pulang ke basecamp, dan saat nanti kembali
ke rumah!”
Teman-teman yang sudah pernah
menggunakan ojek dari basecamp garung ke pos 1 pasti tau, bahwa posisi kita
saat naik ojeknya adalah duduk di depan, sedangkan carrier kita akan di simpan
di belakang di gendong bapak ojeknya. Dengan motor khas yang sebenarnya bukan pasangannya
untuk di pakai ke gunung, motor melewati jalur menanjak dan berbatu, dan di beberapa
titik jantung kita serasa lebih hidup di pacu adrenalin. Semakin atas jalan pun
semakin menyempit, jalan bebatuan mulai berganti menjadi tanah, tanjakan terakhir
membawa kami ke suatu lokasi, tempat dengan pondokan dan warung, menandakan
kami sudah tiba di pos 1.
Jam setengah 9 pagi kami mulai
menapakkan kaki untuk menelusuri jalur setapak, harapannya tak terlalu sore
untuk kami tiba di pos 4. Rencananya di pos
4 lah kami akan mendirikan tenda dan bermalam di sana.
Jalur pendakian Gunung Sumbing
via Garung adalah jalur yang sudah cukup terkenal dikalangan pendaki, selain
secara akses dari jalan raya yang tidak terlalu jauh, jalur ini pun cukup jelas
untuk mengarahkan kita ke puncak gunung.
Setengah jam berjalan Samsul
mulai berulah, dia merasa kepanasan karena celana panjang yang digunakan
bahannya mungkin kurang sesuai untuk dipakai mendaki. Terlebih matahari saat
itu sangat bersahabat, menjadikan jalur pendakian cukup berdebu dan lebih
menguras fisik dan memudahkan kita untuk merasa kehausan.
Samsul memilih untuk mengganti
celananya dengan celana pendek, dengan harapan sirkulasi udara akan lebih
membuatnya nyaman. Beberapa kali langkah kakinya tertinggal oleh kami bertiga,
hingga di istirahat berikutnya dia memilih untuk berjalan duluan dari kami dan
mengikuti rombongan lain. Dengan harapan akan mendapatkan waktu lebih lama
untuk beristirahat di pos selanjutnya.

0 komentar:
Posting Komentar